Beralih secara legal ke Windows 10
copas teko : https://langitlembayung.wordpress.com/
Pembicaraan tentang Windows biasanya seputar tentang legalitas. Maklum, sebagai salah satu OS yang populer, Windows sangat sering dibajak. Bahkan di depan ITB saja banyak yang menjual OS Windows bajakan. Padahal Microsoft mengadakan kerja sama dengan ITB untuk melegalkan penggunaan Windows di kampus. Mahasiswa dapat menginstall Windows dan Microsoft Office dengan murah lewat Comlabs kampus.
Namun, buat saya, membicarakan Windows tidak hanya masalah legalitas semata. Tapi juga kenangan (melankolis mode on). Windows yang pertama saya lihat adalah MS DOS. Emang sih belum bisa dibilang Windows, tapi sudah termasuk OS. Saya melihat bapak saya ngetik2 di DOS waktu saya kecil, di komputer sekolah. Kemudian saya melihat Windows 95 dipakai oleh sepupu saya di Bandung (kayaknya waktu itu sudah kerja). Saya ingat banget saya ingin ikut main Sim City di komputer itu, tapi dilarang, hahaha. Iya lah, waktu itu saya masih kecil. Dari kacamata sepupu saya, mana ngerti saya simulasi tata kota. Tapi buat saya waktu itu, itu sangat menarik.
Melihat ketertarikan saya pada komputer, paman saya menyarankan bapak untuk membeli komputer. Entah gimana caranya, kemudian bapak saya membeli komputer OEM Desktop, mungkin second hand, dengan OS Windows 98. Karena di kampung saya ga ada internet, pemakaian saya terbatas pada Office, Solitaire, Minesweeper, dan tentu saja game legendaris, Chips Challenge.
Hari berganti hari, Windows berkembang menakjubkan ke NT, XP, Longhorn, Vista hingga 7. Saya sempat merasakan semuanya. Tapi, tentu saja, semuanya OS bajakan :p. Akhirnya pada suatu saat saya berjanji akan membeli Windows untuk “menebus dosa” dan sekedar apresiasi atas semua yang telah Microsoft berikan pada masa kecil saya :), Thank you Bill Gates.
Selesai kuliah, saya masih menggunakan Windows dengan lisensi dari kampus. Kadang saya merasa bersalah karena banyak proyek saya yang menggunakan Visual Studio dan saya merasa penghasilan saya jadi “uang haram” (secara legalitas maksudnya). Pada saat itu teman saya membeli lisensi Windows 8 retail. Harganya? Rp 2.500.000. Iya, mahal memang. Tapi memang harus diniatkan untuk membeli karena itu berhubungan dengan pencarian nafkah saya selaku programmer :p, biar ga kerasa bersalah di hati. Ironis memang, karena gaji programmer PHP fresh graduate aja Rp 3.000.000 di Bandung. Waktu itu saya masih menunda-nunda karena saya sedang mengumpulkan uang untuk biaya nikahan saya. Jadi saya nazar, setelah nikah saya harus sudah punya Windows license, biar penghasilannya berkah buat istri juga :).
Nah waktu itu ada penawaran menarik. Yaitu Free Upgrade ke Windows 10 untuk OS berlisensi Windows 8 dan 8.1 asli. Ini menurut saya gebrakan yang bagus dari Microsoft. Secara marketing Microsoft ingin memperoleh potensi pelanggannya dari yang semula bajakan jadi legal. Akhirnya saya beli lisensi Windows 8.1 Pro.
Perbedaan Lisensi Retail dan OEM
Dengan semangat untuk menganjurkan penggunaan software legal, saya akan jelaskan perbedaan dua lisensi umum Windows, yaitu Retail dan OEM. Lisensi OEM atau Original Equipment Manufacture adalah lisensi yang diberikan oleh Microsoft kepada produsen laptop atau desktop untuk mendistribusikan komputernya yang memiliki OS Windows. Kenapa harus OEM? Karena sangat merepotkan bagi produsen kalau harus membeli lisensi Retail, soalnya produsennya kan bikin banyak laptop sekaligus. Nah lisensi OEM ini terikat dengan hardware (mungkin lebih tepatnya motherboard) dari laptop atau desktop yang dimaksud. Jadi kalau Anda ganti motherboard, lisensinya tidak bisa dipakai lagi secara legal/hukum (secara bajak ya bisa-bisa aja). Otomatis, kalau Anda ganti komputer, serial numbernya juga tidak bisa dipakai untuk komputer lain, karena sudah dipasangkan dengan mesin Anda.
Berikutnya, lisensi Retail ditujukan untuk pengguna rumahan seperti saya. Sayangnya lisensi Retail hanya untuk 1 komputer. Jadi kalau Anda punya 2 komputer di rumah (punya Anda dan istri atau untuk laptop dan desktop), Anda harus punya 2 lisensi. Setahu saya, saat ini tidak ada lisensi bersama-sama untuk pengguna rumahan. Jadi tiap komputer 1 lisensi. Tapi, keuntungannya di sini, di lisensi retail, Anda dapat menggunakan lisensi yang sama saat pindah komputer. Misal laptop Anda pakai lisensi retail dengan serial number xxx, saat laptop Anda rusak dan Anda beli laptop baru, tidak perlu beli lisensi baru, pakai saja lisensi lama. Lisensi Retail Anda tetap legal digunakan selama lisensi tersebut aktif untuk 1 komputer dalam satu waktu. Sebenarnya, bisa-bisa saja Anda install 1 Lisensi Retail ke berbagai komputer. Secara teknis bisa, tapi secara legal, Anda melanggar perjanjian. Jadi, tidak bisa secara legal.
Untuk pengguna rumahan seperti saya, saya memilih membeli lisensi Retail karena lebih flexible kalau saya ganti laptop dan bisa juga diberikan ke laptop lain, misalnya ke laptop adik. Perlu diketahui juga, lisensi Retail biasanya lebih mahal. Sebenarnya penggunaan lisensi OEM untuk kebutuhan rumahan agak abu-abu. Karena, aslinya lisensi OEM itu untuk produsen komputer seperti ASUS, Acer, dll. Memang sih lebih murah OEM jauh (Retail bisa jutaan, OEM bisa ratusan ribu), tapi karena saya mencari “kehalalan” legalitas, jadi saya pilih Retail.
Perbedaan Lisensi Physical dan Digital
Nah, ini menarik juga. Dulu Windows Retail didistribusikan bersama boxnya. Sama kayak beli game PlayStation original atau Software original. Tapi sekarang Microsoft juga menyediakan pembelian lisensi Retail secara digital. Bedanya apa?
Lisensi Fisik didistribusikan oleh retailer resmi di toko-toko software. Iya sih, di Indonesia toko software itu jarang banget. Tapi lisensi fisik punya keunikan tersendiri, yaitu, dia didistribusikan dalam bentuk package. Lah, apa yang unik? Menurut saya pribadi beli lisensi fisik itu keren, cool, geek, dan berasa collector. Karena Anda bisa pegang barangnya sendiri, kemasannya bagus, ada manualnya, pokoknya bisa dipamerin atau dipajang di lemari, jadi kita berasa memiliki suatu barang. Lalu, kalo komputer Anda kenapa-kenapa, DVD nya bisa dipakai lagi sebagai media recovery. Pokoknya dari segi geek, keren banget lah, saya juga pengen. Tapi ada kekurangannya di sini, serial numbernya dicatat secara fisik, iyah fisik, di box nya. Intinya, kalau boxnya hilang dan serial numbernya tidak dicatat, ya sudahlah, wes bar. Selain itu, nyarinya susah di sini, dan harganya biasanya lebih mahal dari yang digital (soalnya kan ada benda fisiknya). Kadang juga harganya ditambah-tambahin pemilik toko. Pokoknya ini kayak udah barang kolektor.
Selanjutnya lisensi Digital, ini lebih sederhana. Singkatnya, Anda beli langsung di toko online microsoft alias Microsoft Store. Nanti lisensinya akan diikat ke akun Microsoft Anda. Jadi selama Anda punya akun Microsoft, lisensinya bisa dicari lagi, pokoknya gitu. Harga Retailnya juga lebih murah daripada yang Fisik. Minusnya, ya Anda tidak dapat box fisiknya atau DVD nya. Jadi dapat apa? Lisensinya doang sih sebenernya, sama serial number. Lantas Windows nya? Unduh sendiri dari Microsoft Store dalam bentuk iso, lalu diburn sendiri ke DVD atau flash disk. Ini agak minus kalau Anda tidak punya akses internet memadai dan tidak paham cara ngeburn iso. Satu tips lagi, kalau Anda beli lisensi digital, belinya dari Microsoft Store Indonesia saja, karena mata uangnya pakai Rupiah, yang lebih murah daripada beli pakai US Dollar. Apalagi kalo dollar menggila. Tambahan lagi, untuk beli dari toko online Microsoft Anda perlu kartu kredit.
Nah, saya beli lisensi digital. Alasannya, biar lebih mudah disimpan lewat akun Microsoft. Tp saya juga beli Media Cadangan, dengan harapan bisa dapat media fisiknya juga. Akhirnya media fisiknya bisa saya dapat juga setelah dikirim dari Singapura. Eh tapi ternyata isinya ga bisa dibaca :v. Microsoft dodol. Sebenarnya bisa dikembalikan dan direfund, tapi saya udah keburu males ngurusnya.
Sekilas tentang lisensi Enterprise
Singkatnya, secara legal, dengan lisensi Personal, Anda diijinkan untuk menginstall Windows pada satu komputer dalam satu waktu. Sedangkan yang Enterprise biasanya ditujukan untuk perusahaan yang butuh banyak lisensi Windows sekaligus.
Free Upgrade ke Windows 10
Salah satu alasan utama saya beli lisensi Windows 8.1 adalah, pemilik lisensi bisa upgrade ke Windows 10, gratis-tis, ga pake tedheng aling-aling. Lalu, worth it ga sih upgrade ke Windows 10? Menurut saya, worth it banget. Secara visual, Windows 10 lebih kece, lebih keren, dan masih dengan desain Metronya. Secara pribadi saya suka desain Metro. Buat dulu yang kesel sama Windows 8 karena g ada tombol start nya, sekarang udah balik lagi kok. Start menunya juga udah dibikin mirip kayak dulu jaman 7, start menu klasik ditambah layout Start menu Windows 8 juga. Kombinasinya bagus. Selain itu, sekarang Apps dari Microsoft Store udah bisa dijalanin di desktop dengan window yang seperti program biasa. Dulu saya sempet kesel karena di Windows 8 tidak konsisten antara Apps dari Store dengan program klasik, kenapa mesti Appsnya harus fullscreen???? Tapi sekarang sudah konsisten. Selain itu, buat yang suka layout tablet, sekarang ada Tablet Mode. Intinya membuat semua aplikasi Anda jadi full screen. Tujuannya biar lebih mudah dipakai di tablet. Tambahan pamungkas, sekarang ada Cortana, semacam asisten pribadi/AI/search engine di desktop Anda. Sekarang jadi lebih mudah nyari aplikasi atau file. Sayangnya, di Indonesia fitur Cortana masih belum bisa maksimal. Di US sendiri, Cortana sudah bisa macam-macam. Ini beberapa fitur Cortana. Oiya, di Windows 10 sekarang ada browser baru, namanya Edge. Dia lebih clean & sleek daripada IE, seriusan cobain ini, tampilannya bagus. IE juga masih ada sebenarnya.
Beberapa alasan di atas membuat saya upgrade ke Windows 10. Awalnya, pengguna Windows 7, 8, 8.1 harus reservasi dulu untuk mendapat link download untuk upgrade Windows 10. Saya langsung reservasi dan langsung upgrade ke Windows 10. Meskipun ada isu privacy yang sangat annoying, saya memutuskan Windows 10 masih layak untuk dipakai. Akhirnya saya memutuskan untuk mengupgrade laptop saya yang lain ke Windows 10 juga. Saya download ISO installer Windows 10 Pro lalu saya install di laptop kedua saya. Begitu selesai, langsung saya coba aktivasi menggunakan key Windows 8.1 Pro saya, karena saya berasumsi key saya sudah dikenali Microsoft dan eligible untuk langsung install Windows 10 dari nol. Tapi…… teng-teng-teng…. Ternyata tidak bisa :v.
Kenapa tidak bisa? Jadi rupanya Microsoft ini punya rule tambahan untuk aktivasi lisensi Windows 10. Memang benar, Microsoft mencatat pemilik lisensi mana yang upgrade ke Windows 10, namun sekarang lisensi Windows 10 nya bukan retail lagi. Wut *shocked*. Iyah, Windows 10 hasil upgrade tidak bisa dipindah komputer, tapi lisensi Anda tetap tercatat. Jadi kalau Anda install ulang Windows 10 di komputer yang sama saat Anda upgrade. Secara legal itu masih boleh. Karena Microsoft cuman nyatat motherboardnya yang sudah upgrade ke Windows 10. Ckckckck Microsoft dodol. Anda tidak akan dapat serial number Windows 10, tapi masih bisa aktivasi.
Nah, apa yang terjadi kalau Anda install Windows 10, tapi tidak melakukan aktivasi? Ternyata Windows 10 nya ga mati. Anda tetap bisa pakai Windows 10, tapi ada watermark kecil di pojok kanan bawah, yang mengingatkan Anda untuk aktivasi dulu. Watermark tersebut akan muncul meskipun Anda main game, atau nyetel video. Buat Anda yang OCD, ini sangat mengganggu. Tapi fitur Windows 10 Anda tidak berkurang. Jadi secara teknis, Anda bisa menggunakan Windows 10, full featured, meskipun tidak aktivasi, sampai kapanpun. Microsoft baik banget yah…
Legal Loophole di Proses Upgrade Windows 10
Sebenarnya bukan benar-benar loophole, tampaknya Microsoft tahu bahwa sistem upgrade ini bisa diabuse, tapi toh mereka membiarkan. Jadi, setelah saya kecewa dengan lisensi Windows 10 Upgrade yang sudah tidak retail lagi, saya berpikir keras. Jadinya percuma dong saya beli lisensi Windows 8.1 Retail? Tadinya saya pikir saya bakal dapat lisensi Windows 10 Retail juga. Ternyata enggak. Well, akhirnya saya dapat solusi juga bahwa, sebenarnya Anda bisa dapat unlimited Windows 10 Upgrade di semua komputer Anda, hanya menggunakan 1 lisensi retail. Seperti diabuse sih, tapi secara legal jadinya boleh, gara-gara Microsoft sistem aktivasinya seperti yang sudah dijelaskan tadi.
Jadi bagaimana caranya? Sebenarnya simple:
- Pertama saya install Windows 8.1 Pro saya pake lisensi Retail yang sudah dibeli tadi. Ini caranya tahu sendiri lah ya, download ISO Windows 8.1 lakukan instalasi normal, masukin serial number, udah deh
- Upgrade ke Windows 10, tapi tidak usah reservasi dulu, sekarang bisa langsung upgrade pakai ini. Cek di artikel tadi, Anda akan dapat opsi “Upgrade this PC”. Itu yang mesti dipilih
- Aktivasi Windows 10 Anda. Setelah upgrade, konek ke internet dan pastikan Windows 10 Anda sudah activated, legally. Yeehaw.
- Nah, karena Anda sudah install Windows 10, boleh ga sih kita install lagi Windows 8.1 Pro tadi ke komputer lain? Boleh! Karena Anda punya lisensi Retail. Berarti Anda berhak untuk pakai lisensi tersebut di komputer lain, karena komputer sebelumnya sudah berubah jadi Windows 10 :v. Ulangi langkah 1, sekarang Anda punya lisensi Windows 10, activated, dan komputer lain dengan lisensi Windows 8.1.
- Upgrade lagi ke Windows 10 :v. Bro, ini beneran boleh? Boleh mestinya. Soalnya promo upgrade ini eligible untuk semua device yang jalan menggunakan lisensi Windows genuine. Karena komputer kita menggunakan lisensi yang masih legal, ga melanggar perjanjian retail, berarti boleh kan? Ya udah boleh deh. Dapat lah Windows 10 lagi, activated.
- Ulangi ini untuk semua komputer.Tralala. Saya bukan pengacara, tapi sejauh yang saya tahu, langkah-langkah ini masih valid secara legal yah.
Kesimpulan
Nah, saya tidak tahu pastinya apakah kebijakan ini masih legal nantinya atau tidak. Tapi promo upgrade gratis ini hanya berlaku satu tahun (kalau ga salah sejak Agustus). Jadi setelah itu, kalau Anda mau Windows 10, ya Anda mesti beli licensenya yang Retail. Mumpung masih gratis, upgrade semua komputer Anda.
Menurut saya, Microsoft bisa dengan mudah membatasi promo upgrade ini. Misalnya mencatat yang sudah upgrade Windows 10 itu siapa saja, pakai serial number yang mana saja. Tapi Microsoft tidak melakukan itu. Jadi saya berkesimpulan, Microsoft ingin cepat-cepat agar pengguna semua beralih ke software legal. Masalah narik revenue nanti belakangan, bisa lewat Microsoft Store. Mungkin Microsoft mikir begitu. Yang penting pengguna Bing (lewat Cortana) dan pengguna Microsoft Store makin banyak, sehingga bisa jadi potensi revenue.
Kalau dipikir-pikir, Bill Gates ato Microsoft itu baik banget. Sejak internet sudah jadi barang umum, mestinya bisa saja Microsoft mematikan semua OS yang bajakan. Tapi mereka tidak melakukan itu. Selain karena merepotkan, menurut saya Bill Gates berpikir bahwa membiarkan Windows bajakan beredar di pasaran merupakan salah satu cara marketing untuk memperluas pemakai Windows di seluruh belahan dunia. Bisa tidaknya itu jadi revenue, itu urusan nanti, yang penting banyak yang pakai dulu. Seandainya Microsoft menahan praktik pembajakan, pasti sudah banyak pengguna Linux di dunia ini. Microsoft hanya menekankan anti pembajakan pada perusahaan besar dan korporat. Jadinya semacam subsidi silang gitu buat pengguna Windows bajakan yang emang bener2 menganggap harga lisensi itu mahal pisan per 1 komputer, misalnya buat kalangan mahasiswa atau keluarga kecil. Emang sih sempat ada razia warnet. Tapi menurut saya kalo udah dijadiin bisnis, ya emang mestinya itu warnet bayar lisensi asli lah. Hahaha… Sama aja kayak saya yang punya proyek di Windows terus, lama-lama mikir, mestinya saya pake Windows legal juga, soalnya itu berhubungan dengan perolehan penghasilan, dan saya bukan mahasiswa lagi.